aku terduduk dibibir pantai sendiri ditemani deburan ombak yang diam-diam membawa dukaku pergi...
inilah yang aku lakukan jika terasa rasa sakit ini mulai menusukku...
"Sedang apa?" seseorang yang aku nantikan akhirnya tiba dan duduk di sebelahku.
"Sedang berpikir untuk menyembuhkan hati ini dari luka."
"Dengan duduk saja, luka itu tak akan pergi. dia perlu perlakuan untuk membuatnya sembuh"
"Aku ingin bertanya!"
"Apa?"
"Kenapa aku si jelek rupa ini selalu tidak berhak untuk mencinta?"
"Siapa yang mengatakan itu?"
"Tidak ada yang mengatakan, tapi kenyataannya memang seperti itu."
"Kau hanya belum menemukannya."
"Sampai kapan? sampai aku menjadi perawan tua, baru pangeran itu datang? Cinta hanya tersedia bagi mereka yang cantk wajahnya. Semua lelaki hanya melihat itu."
"Jadi...kamu ingin memiliki lelaki yang menyukai wanita dari parasnya? lebih baik menunggu dan menerima yang lebih baik."
"Yaaahh...kau benar." aku mengangguk sembari tersenyum.
"Berdirilah, langkahkan kakimu pergi dan tersenyum pada setiap orang yang kamu temui. Itu lebih baik dari pada kau meratapi apa yang tak perlu kau ratapi."
"Baik..." aku berdiri dan mulai berjalan.
Dia benar, aku menantikan pangeran yang menyukai aku dari semua kekuranganku. Bukan menyukaiku dari apa yang aku tampilkan. Aku percaya, setiap manusia itu di ciptakan berpasangan.